Selamat Datang,....

Mari bergabung di Musikalisasi Puisi Palembang

TENTANG MUSIKALISASI PUISI

Foto saya
Palembang, Sumatera Selatan, Indonesia
”Tanah” terbentuk ”begitu” saja. Bermula dari tawaran dari Eko Sulistianto kepada Witra Robbi Yanto (yang notabene pernah menjadi murid Eko Sulistianto ketika bersekolah di SMP; waktu itu Eko Sulistianto mengajarkan mata pelajaran Kesenian) untuk berkumpul menyalurkan minat terhadap musikalisasi puisi. Tawaran itu ditanggapi oleh Witra Robbi Yanto dengan menyampaikan tawaran itu kepada Juairiah Siregar (yang notabene adalah istri Witra Robbi Yanto; notabene pula merupakan murid Eko Sulistianto ketika bersekolah di SMA; waktu itu Eko Sulistianto mengajarkan mata pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia, serta menjadi pembina kelompok musikalisasi puisi di SMA itu). Witra Robbi Yanto juga menyampaikan tawaran itu kepada Bambang Sugianto dan Densi (yang notebene keduanya adalah kolega Witra Robbi Yanto sesama guru di SMA tempat Eko Sulistianto pernah bertugas mengajar, dan sama-sama membina kelompok musikalisasi puisi di SMA itu).

10/12/09

IHWAL KELAHIRAN ”TANAH”


Æ     Bagaimana Kelompok Musikalisasi Puisi ”Tanah” terbentuk?
  • ”Tanah” terbentuk ”begitu” saja. Bermula dari tawaran dari Eko Sulistianto kepada Witra Robbi Yanto (yang notabene pernah menjadi murid Eko Sulistianto ketika bersekolah di SMP; waktu itu Eko Sulistianto mengajarkan mata pelajaran Kesenian) untuk berkumpul menyalurkan minat terhadap musikalisasi puisi. Tawaran itu ditanggapi oleh Witra Robbi Yanto dengan menyampaikan tawaran itu kepada Juairiah Siregar (yang notabene adalah istri Witra Robbi Yanto; notabene pula merupakan murid Eko Sulistianto ketika bersekolah di SMA; waktu itu Eko Sulistianto mengajarkan mata pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia, serta menjadi pembina kelompok musikalisasi puisi di SMA itu). Witra Robbi Yanto juga menyampaikan tawaran itu kepada Bambang Sugianto dan Densi (yang notebene keduanya adalah kolega Witra Robbi Yanto sesama guru di SMA tempat Eko Sulistianto pernah bertugas mengajar, dan sama-sama membina kelompok musikalisasi puisi di SMA itu).
  • ”Tanah” boleh dikatakan terbentuk begitu saja; tanpa dirintis sebelumnya, tanpa ada lobi apa pun antarcalon personal sebelumnya, tanpa ada kesepakatan atau komitmen apa pun sebelumnya, tanpa iming-iming apa pun. ”Tanah” terbentuk begitu saja seperti mata air yang mengalirkan air begitu saja ketika sumber mata air ditemukan dengan sekali gali.
  • ”Tanah” terbentuk begitu saja; tanpa ada ”mimpi-mimpi” tentang masa depan. Personal ”Tanah” berkumpul karena ingin bermusikalisasi puisi.
  • ”Tanah” terbentuk tanpa ada syarat apa pun. Dengan tak ada syarat apa pun, ”Tanah” tidak perlu merumuskan aturan, tata tertib, dan ”tetek bengek” sejenisnya. Dengan tidak ada aturan, tata tertib, dan ”tetek bengek” sejenisnya, tidak akan ada personal ”Tanah” yang melanggarnya sehingga tak perlu ada peringatan, sanksi, hukuman, dan pemutusan hubungan. ”Tanah” berharap para personalnya berkumpul karena Allah dan jika terpaksa harus berpisah, berpisah karena Allah.
Æ     Kapan Kelompok Musikalisasi Puisi ”Tanah” terbentuk?
”Tanah” terbentuk sejak para personalnya untuk pertama kali bermusikalisasi puisi dengan batin masing-masing merasa telah terangkai sebagai kelompok, yaitu pada hari Selasa, tanggal 13 Oktober 2009.

Æ     Mengapa Kelompok Musikalisasi Ini Dinamakan ”Tanah”?
  • Ketika untuk pertama kalinya personal ”Tanah” berkumpul sebagai sebuah kelompok musikalisasi puisi, nama ”Tanah” belum muncul dan sama sekali belum terpikirkan untuk memiliki nama
  • Nama ”Tanah” bermula ketika Witra Robbi Yanto bertanya kepada Eko Sulistianto, apa nama yang akan dipakai untuk kelompok musikalisasi puisi yang telah beraktivitas lebih kurang sebulan. Eko Sulistianto menjawab ”sekenanya”, tetapi ternyata jawaban itu ”mengena”: ”Tanah”. Tak ada personal lain yang menyanggah.
  • ”Tanah” merupakan singkatan dari takwa dan amanah. Menjadi hamba Allah yang selalu berusaha meningkatkan ketakwaan dan selalu berusaha tidak mengkhianati amanah yang telah sengaja disanggupi (dalam hal ini, baca: dalam lingkup rumah tangga masing-masing dan dalam ruang lingkup tempat tugas/kerja masing-masing) menjadi visi ”Tanah” 

  • Nama ”Tanah” dipilih untuk mengingatkan personalnya bahwa jasad setiap manusia diciptakan dari unsur-unsur yang berasal dari tanah dan jasad setiap manusia akan diuraikan kembali menjadi unsur-unsur dalam tanah (baca: sadarlah bahwa manusia tidak boleh sombong sebab satu-satunya yang boleh sombong hanya Allah Swt.; baca: sadarlah bahwa manusia tidak hidup selamanya).

Tidak ada komentar: