Selamat Datang,....

Mari bergabung di Musikalisasi Puisi Palembang

TENTANG MUSIKALISASI PUISI

Foto saya
Palembang, Sumatera Selatan, Indonesia
”Tanah” terbentuk ”begitu” saja. Bermula dari tawaran dari Eko Sulistianto kepada Witra Robbi Yanto (yang notabene pernah menjadi murid Eko Sulistianto ketika bersekolah di SMP; waktu itu Eko Sulistianto mengajarkan mata pelajaran Kesenian) untuk berkumpul menyalurkan minat terhadap musikalisasi puisi. Tawaran itu ditanggapi oleh Witra Robbi Yanto dengan menyampaikan tawaran itu kepada Juairiah Siregar (yang notabene adalah istri Witra Robbi Yanto; notabene pula merupakan murid Eko Sulistianto ketika bersekolah di SMA; waktu itu Eko Sulistianto mengajarkan mata pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia, serta menjadi pembina kelompok musikalisasi puisi di SMA itu). Witra Robbi Yanto juga menyampaikan tawaran itu kepada Bambang Sugianto dan Densi (yang notebene keduanya adalah kolega Witra Robbi Yanto sesama guru di SMA tempat Eko Sulistianto pernah bertugas mengajar, dan sama-sama membina kelompok musikalisasi puisi di SMA itu).

10/12/09

Apa makna logo ”Tanah” ?

Logo ”Tanah” diharapkan dapat mewakili makna/maksud sebagai berikut.

  • Kunci notasi musik: simbol bahwa aktivitas ”Tanah” berkonsentrasi pada musik (dalam hal ini: musikalisasi puisi)
  • Lima garis horizontal: simbol lima rukun Islam (berusaha menjalani kehidupan yang lurus, yang diwujudkan dengan berusaha melaksanakan lima rukun Islam secara optimal)
  • Dua garis vertikal: simbol dua jalur komunikasi yang harus diseimbangkan, yaitu: hab-lun-minan-nas (hubungan baik sesama manusia) dan hab-lun minallaah (hubungan penghambaan terhadap Allah Swt.)
  • Dua bintang: simbol dua cita-cita utama yang harus diseimbangkan, yaitu cita-cita memperoleh kebahagiaan di dunia dan cita-cita memperoleh kebahagiaan di akhirat.


  • Enam garis lingkaran: simbol enam rukun iman (berusaha menjalani kehidupan dengan berusaha mengaktualisasikan enam rukun iman)
  • Lingkaran: simbol ukhuwah Islamiyah (sesama muslim adalah saudara seiman; tanpa membedakan mazhab yang dianut; tanpa membedakan organisasi yang diikuti; tanpa membedakan tingkat pemahaman, penghayatan, dan pengamalan ajaran Islam)
  • Warna putih: simbol fitrah manusia dan simbol harapan manusia (setiap manusia memiliki sisi baik dan benar, serta setiap manusia mendambakan kebaikan dan kebenaran
  • Warna hitam: simbol kalbu yang diliputi kotoran (setiap manusia tidak luput dari godaan setan yang terkutuk) sehingga harus diusahakan untuk dibersihkan
  • Warna hijau: simbol warna surga (berusaha meningkatkan kesadaran bahwa hidup di dunia bersifat fana karena setiap manusia pasti akan mati; dan berusaha meningkatkan ikhtiar menuju surga Allah Swt.).
Logo ”Tanah” diharapkan dapat mewakili makna/maksud sebagai berikut.
Setiap manusia diciptakan dalam keadaan fitrah (suci dari dosa). Namun, godaan setan yang terkutuk mengakibatkan manusia berlumur dosa. Sehubungan dengan itu ukhuwah Islamiyah amat penting ditegakkan dalam rangka saling membimbing dan saling menuntun untuk menjalani   kehidupan di dunia dengan berpedoman pada rukum iman dan rukun Islam sebagai ikhtiar menuju surga Allah di hari pembalasan. Salah satu cara mewujudkan upaya saling membimbing dan saling menuntun itu adalah dengan aktivitas dakwah melalui musikalisasi puisi.

Æ     Di mana ”markas” Kelompok Musikalisasi Puisi ”Tanah”?
Kelompok musikalisasi puisi ”Tanah” tidak memiliki ”markas” sebab para personalnya berpandangan bahwa ”Tanah” harus dapat beraktivitas di mana pun. Sekadar untuk ”alamat administratif”, ”Tanah” menggunakan alamat: Jalan Kapten Abdullah, Lorong Saleh No. 80, RT 06, RW 02, Kelurahan Plaju Ulu, Kecamatan Plaju, Kota Palembang, Provinsi Sumatera Selatan. Contact person dapat melalui HP No. 08153803656.

Æ     Siapa saja personal Kelompok Musikalisasi Puisi ”Tanah”?
  • Personal inti: Eko Sulistianto, Witra Robbi Yanto, Bambang Sugianto, Densi, dan Juairiah Siregar
  •  Personal noninti: Ikhtiar Hidayati, Ikhtiar Jannati Arini, ........, ........., ......... (titik-titik dapat diperpanjang sepanjang mungkin sebab ”Tanah” tidak menutup diri untuk merangkul dan dirangkul oleh siapa pun selama ”Tanah” yang tetap ”pegang kemudi”).

Tidak ada komentar: