Selamat Datang,....

Mari bergabung di Musikalisasi Puisi Palembang

TENTANG MUSIKALISASI PUISI

Foto saya
Palembang, Sumatera Selatan, Indonesia
”Tanah” terbentuk ”begitu” saja. Bermula dari tawaran dari Eko Sulistianto kepada Witra Robbi Yanto (yang notabene pernah menjadi murid Eko Sulistianto ketika bersekolah di SMP; waktu itu Eko Sulistianto mengajarkan mata pelajaran Kesenian) untuk berkumpul menyalurkan minat terhadap musikalisasi puisi. Tawaran itu ditanggapi oleh Witra Robbi Yanto dengan menyampaikan tawaran itu kepada Juairiah Siregar (yang notabene adalah istri Witra Robbi Yanto; notabene pula merupakan murid Eko Sulistianto ketika bersekolah di SMA; waktu itu Eko Sulistianto mengajarkan mata pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia, serta menjadi pembina kelompok musikalisasi puisi di SMA itu). Witra Robbi Yanto juga menyampaikan tawaran itu kepada Bambang Sugianto dan Densi (yang notebene keduanya adalah kolega Witra Robbi Yanto sesama guru di SMA tempat Eko Sulistianto pernah bertugas mengajar, dan sama-sama membina kelompok musikalisasi puisi di SMA itu).

10/12/09

IHWAL MUSIK


Æ     Musik adalah bunyi
  • Bagi ”Tanah”, musik adalah komposisi bunyi.
  • Bagi ”Tanah” sumber bunyi musik dapat berupa benda-benda yang telah lazim disebut alat musik; sumber bunyi musik dapat berupa benda-benda yang belum/tidak lazim disebut alat musik; sumber bunyi musik dapat berupa organ tubuh manusia yang berupa alat ucap; sumber bunyi musik dapat berupa organ tubuh manusia yang bukan alat ucap manusia.
§       ”Tanah” membuka diri untuk memakai semua alat musik sebagai sumber bunyi musik yang sesuai dengan komposisi musikalisasi puisi yang akan ditampilkan. Meskipun demikian, ”Tanah” lebih memilih alat-alat musik nonelektrik; baik yang berupa alat musik petik (misalnya: gitar), alat musik gesek (misalnya: biola), alat musik ketuk (misalnya: piano), alat musik tiup (misalnya: pianika), alat musik pukul (misalnya: gendang), maupun alat musik nonelektrik lain. 
§    ”Tanah” membuka diri untuk memakai semua benda-benda yang belum/tidak lazim disebut alat musik sebagai sumber bunyi musik yang sesuai dengan komposisi musikalisasi puisi yang akan ditampilkan; misalnya: beling, bambu, kayu, plastik, logam, dan kertas.
§         ”Tanah” membuka diri untuk memakai organ tubuh manusia yang berupa alat ucap sebagai sumber bunyi musik yang sesuai dengan komposisi musikalisasi puisi yang akan ditampilkan; misalnya: pita suara, gigi, lidah, dan bibir.
§         ”Tanah” membuka diri untuk memakai organ tubuh manusia yang tidak berupa alat ucap manusia sebagai sumber bunyi musik yang sesuai dengan komposisi musikalisasi puisi yang akan ditampilkan; misalnya: tangan, dan kaki

Æ     Jenis/aliran musik merupakan wahana ekspresi seni
  • Bagi”Tanah”, semua jenis/aliran musik memiliki derajat yang sama di hadapan seni sebab semua jenis/aliran musik merupakan wahana ekspresi seni.
  • Bagi ”Tanah”, semua jenis/aliran musik ”halal” dalam musikalisasi puisi selama jenis/aliran musik itu dapat terintegrasi dalam komposisi musikalisasi puisi dalam rangka mengekpresikan puisi.
  • ”Tanah” membuka diri untuk terinspirasi oleh jenis/aliran musik apa pun antara lain: musik klasik, musik rakyat/musik tradisional, musik keagamaan (gambus, kasidah, nasyid), musik blues, musik jazz, musik country, musik rock, musik populer; tidak terkecuali musik triphop, hip-hop-rock, dance rock, neo-wave rock; gamelan, keroncong; dangdut; dan sebagainya.
Æ     Komposisi musik adalah makhluk yang personal dan orisinal
  • Bagi ”Tanah”, komposisi musik adalah makhluk yang personal sehingga komposisi musik untuk satu sajian musikalisasi puisi harus berbeda dengan komposisi musik untuk sajian musikalisasi puisi lain, seperti makhluk yang bernama Eko Sulistianto berbeda dengan makhluk yang bernama Witra Robbi Yanto, Bambang Sugianto, Densi, Juairiah Siregar dan lain-lain meskipun sama-sama manusia
  • Bagi ”Tanah”, komposisi musik harus orisinal sehingga ”Tanah” ”mengharamkan” diri (tanpa harus latah ”mengharamkan” pihak lain)  untuk menjiplak komposisi musik pihak lain, bahkan ”Tanah” pun ”mengharamkan” diri meminjam komposisi musik pihak lain (meskipun dengan memaklumatkan secara tersurat nama penyusun komposisi musik yang dipinjam) untuk dipakai dalam komposisi  musikalisasi puisi.
Æ     Musik tidak identik dengan lagu
Musik adalah bunyi sedangkan lagu adalah kata-kata yang dibunyikan.
  • Bagi ”Tanah”, musik tidak identik dengan lagu. Musik merupakan susunan bunyi-bunyi bernada yang membentuk irama tertentu yang harmonis sedangkan lagu merupakan susunan kata-kata yang dinotasikan dengan nada-nada yang dibentuk oleh melodi. Tanpa lagu pun, komposisi musik dapat dibuat (misalnya pada komposisi musik klasik, dan instrumentalia ala Kitaro, Kenny G., dan Francis Goya). Sebaliknya, lagu dapat ditampilkan hanya dengan membunyikan kata-kata tanpa harus diiringi benda-benda dan organ tubuh manusia sebagai sumber bunyi musik (misalnya: gending, al chapella, rubaiyah, dan nasyid).

Tidak ada komentar: